KONTRIBUSI AGAMA DALAM PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN RISET

MAKALAH AGAMA

KONTRIBUSI AGAMA DALAM PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN RISET



DAFTAR ISI

 

KATA  PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang................................................................................................... 1

1.2    Rumusan Masalah.............................................................................................. 1

1.3    Tujuan................................................................................................................ 2

1.4    Manfaat.............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1    Definisi Ilmu Pengetahuan dan Riset................................................................. 3

2.2    Hubungan Antara Agama Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Riset.............. 4

2.3    Paradigma yang Mendasari Hubungan Agama, IPTEK, dan Riset................... 6

2.4    Dalil Agama tentang IPTEK dan Riset.............................................................. 7

2.5    Penemuan Islam dalam Bidang IPTEK dan Riset............................................. 9

2.6    Sikap dalam Menghadapi Perkembangan IPTEK dalam Perspektif Islam...... 14

2.7    Standar Pemanfaatan IPTEK dalam Syariat Islam.......................................... 15

2.8    Kontribusi Tokoh Islam dalam Perkembangan IPTEK dan Riset bidang Kesehatan......................................................................................................... 17

BAB IV PENUTUP

4.1  Simpulan.......................................................................................................... 25

4.2  Saran................................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 26

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Perkembangan IPTEK menjadi suatu kemajuan yang seolah menjanjikan kebahagiaan hidup negara mayoritas muslim yaitu negara berkembang atau negara terbelakang. Beberapa diantara negara tersebut kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Hubungan agama islam dalam pengetahuan dan riset adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut proses metode ilmiah (scientific method). Teknologi adalah pengetahuan dan keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Agama Islam, yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan mu’amalah dan aqubat atau system pidana). Terdapat tiga jenis paradigm, yaitu : 1) Paradigma Sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan IPTEK adalah terpisah satu sama lain, 2) Paradigma Sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali, 3) Paradigma Islam, yaitu paradigma yang berlandaskan Al-Quran dan Hadits. Beberapa kontribusi tokoh Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Riset Bidang kesehatan Masyarakat seperti Ibnu Sina / Avicenna (980 M - 1037 M), merupakan salah satu wujud eksistensi Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Riset di dunia.

1.2  Rumusan Masalah

1.     Apakah  definisi ilmu pengetahuan dan riset?

2.     Bagaimana hubungan Agama Islam dengan ilmu pengetahuan dan riset?

3.     Apa saja paradigma yang mendasari hubungan agama, ilmu pengetahuan dan riset?

4.     Bagaimana dalil agama tentang ilmu pengetahuan dan riset?

5.     Apa saja penemuan islam dalam bidang IPTEK dan riset?

6.     Bagaimana sikap dalam menghadapi perkembangan IPTEK dalam perspektif islam?

7.     Bagaimana standar pemanfaatan IPTEK dalam syariat islam?        

8.     Bagaimana kontribusi tokoh agama islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan riset?

1.3  Tujuan

1.     Mengetahui dan memahami definisi ilmu pengetahuan dan riset.

2.     Mengetahui dan memahami hubungan agama Islam dengan ilmu pengetahuan dan riset.

3.     Mengetahui dan memahami jenis paradigma yang mendasari hubungan agama, ilmu pengetahuan dan riset.

4.     Mengetahui dan memahami dalil agama tentang ilmu pengetahuan dan riset.

5.     Mengetahui dan memahamipenemuan islam dalam bidang IPTEK dan riset

6.     Mengetahui dan memahamisikap dalam menghadapi perkembangan IPTEK dalam perspektif islam

7.     Mengetahui dan memahamistandar pemanfaatan IPTEK dalam syariat islam

8.     Mengetahui dan memahami kontribusi tokoh agama Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan riset.

1.4  Manfaat

Menambah pengetahuan mahasiswa tetang kontribusi agama Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan riset agar bisa menerapkan dalam kehidupan sehari - hari.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1  Definisi Ilmu Pengetahuan dan Riset

2.1.1 Definisi Ilmu pengetahuan

Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris, “science” atau bahasa latin “Scientia” yang mengandung kata kerja scire yang berarti tahu atau mengetahui. Pengertian pengetahuan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah segala sesuatu yang diketahui (kepandaian) atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan.

Menurut Dadang Ahmad S.Ilmu pengetahuanadalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus hingga dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri.Menurut Mappadjantji Amien Pengertian ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berawal dari pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati dan semesta yang memiliki paradigma, objek pengamatan, metode, dan media komunikasi membentuk sains baru dengan tujuan untuk memahami semesta untuk memanfaatkannya dan menemukan diri untuk menggali potensi fitrawi guna mengenal Allah.

Dalam agama islam terdapat hadist“Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena rela atas apa yang dia tuntut (hadist riwayat Ibnu Abdil Bar). Dari hadist tersebutsemakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu,dimana menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah.

2.1.2 Definisi Riset

Riset berarti penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik (KBBI). Riset berasal dari kata research, kata research sendiri berasal dari Perancis, “recherché” yang berarti “untuk mencari”, penurunan dari “recerchier” yaitu kata “re-” dan “cercier” yang bermakna “mencari”

Menurut kamusMerriam-Webster, riset adalah pemeriksaan yang teliti; terutama investigasi atau eksperimen yang bertujuan untuk menemukan dan menafsirkan fakta, revisi teori atau hukum yang telah ada berdasarkan fakta baru, atau penerapan praktis baik teori atau hukum baru atau yang telah ada sebelumnya.Menurut John W. Cresweel dalam bukunya Educational Research, research merupakan sebuah proses langkah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi untuk meningkatkan pemahaman kita tentang suatu topik atau isu. Proses tersebut terdiri dari tiga langkah: mengajukan sebuah pertanyaan, mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan, dan menyajikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

2.2 Hubungan Antara Agama Islam dengan IPTEK dan Riset

Hubungan antara agama islam dengan IPTEK dan riset yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi IPTEK. Hakikat manusia tidak terpisah dari kemampuannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, maka ilmu yang disertai iman, adalah ukuran derajat manusia.  Aqidah Islamyang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits menjadi qa’idah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia. Hal  ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Seperti firman Allah pada QS Al-‘Alaq [96]: 1 yang artinya  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.”. Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari  Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam (Al-Qashash, 1995:81). Manusia yang ideal adalah manusia yang mencapai ketinggian iman dan ilmu.

Rasulullah SAW mengajak memeluk Aqidah Islam lebih dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut sebagai pondasi dan standar bagi berbagai pengetahuan. Tetapi perlu dipahami bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan IPTEK, bukan berarti konsep-konsep IPTEK harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep IPTEK harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al- Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya. Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) IPTEK, dan bukannya sumber (mashdar) IPTEK. Artinya, apa pun konsep IPTEK yang dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al- Hadits itu. Jika suatu konsep IPTEK bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu (lihat QS. An-Nisaa` [4]:126 dan QS Ath- Thalaq [65]:12), bukan berarti konsep IPTEK harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Implikasi lain dari prinsip ini, yaitu Al-Qur`an dan Al-Hadits hanyalah standar IPTEK, dan bukan sumber IPTEK, adalah bahwa umat Islam boleh mengambilIPTEK dari sumber kaum non muslim (orang kafir).

Al-Qur’an dan Al-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengatahuan pada derajat yang tinggi. Beberapa ayat Al-Qur’an yang diwahyukan pertama kepada Nabi Muhammad saw., menyebutkan pentingnya membaca bagi manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Alaq ayat 1-5 yang artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Al-Qur’an telah memberikan prinsip-prinsip, spirit serta kaidah-kaidah dalam mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Dunia kini dan masa depan adalah dunia yang dikuasai oleh sains dan teknologi. Mereka yang memiliki keduanya akan menguasai dunia. Ada beberapa cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang diterangkan dalam al- Qur’an:

1.     Lewat eksperimen dan pengamatan indrawi (QS. 29:20)

2.     Lewat akal yaitu dengan jalan ta’aqqul, tafaqquh dan tazakkur (merenungkan, memikirkan, memahami dan mengambil pelajaran), (QS. 2:164).

3.     Lewat wahyu atau ilham. Allah dapat memberikan kepada manusia yang dikehendaki tanpa proses berfikir ataupun pengamatan empiris, tetapi diberikan secara langsung. (QS. 2:251).

2.3    Paradigma yang Mendasari Hubungan Agama dan IPTEK

Perkembangan IPTEK, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untukmemperluas, memperdalam, dan mengembangkan IPTEK. Agama islam, yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw,untuk mengatur hubungan manusia dengan penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah),hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), danhubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan mu’amalah dan uqubat/sistem pidana). Dalam surat Ali Imron ayat 190 –191 yang artinya:“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siangterdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,. (yaitu) orang-orang yang mengingatAllah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkantentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkaumenciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksaneraka.”

Dari ayat diatas menjelaskan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologiuntuk dipelajari dan dimiliki.Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungankeduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma :Pertama, paradagima sekuler,yaitu paradigma yang memandang agama dan IPTEKadalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telahdipisahkan dari kehidupan agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannyadalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupanumum/publik. Paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak bisa mencampuri danmengintervensi yang lainnya.

Kedua, paradigma sosialis,yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikaneksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pundengan IPTEK. IPTEK bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama.Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigmasekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanyadibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan IPTEK. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar materialisme,khususnya Materialisme Dialektis. Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui prosesdialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri. Sedang dalam paradigma sosialis, agamadipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan. Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya samasekali dengan IPTEK.

      Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits--menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia. Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (Qs. Al-Alaq [96]: 1).

       Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam IPTEK.

2.4 Dalil Terkait IPTEK dan Riset

Dalam Al-quran banyak terkandung ayat-ayat yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti, dan dikembangkan. Al-quran menantang manusia untuk menggunakan akal pikirannya seoptimal mungkin. Al-quran memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi, dan penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman terdahulu. Sebagaimana firman-firman Allah berikut ini:

Surat Yunus ayat 101

Artinya:Katakanlah: "perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".

Surat Yunus ayat 101 menganjurkan manusia mengadakan pengkajian, penelitian dan pengamatan tentang fenomena alam yang ada di langit dan bumi. Dengan melakukan hal tersebut diharapkan manusia bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya bagi ilmu pengetahuan agar bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan dalam hidupnya.

Surat Al - Baqarah ayat 164

 

 

 

 

 

Artinya:"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan". (Q.S. Al-Baqarah ayat 164)

Surat Al - Alaq ayat 1-5

 

 

 

Artinya:“Bacalah dengan menyebut Tuhanmu yang menciptakan (alam semesta). Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah yang pemurah. Yang mengejarkan manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya".

Q.S Al-Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia.

2.5 Penemuan Islam dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sertaRiset

Dalam sejarah Islam dibuktikan dengan maraknya perkembangan ilmu dari berbagai bidang dan munculnya ratusan bahkan ribuan sarjana-sarjana Muslim. Penghargaan Islam terhadap akal dan ilmu pengetahuan bukan hanya basa-basi, karena hal itu telah dilaksanakan dan dipraktekkan oleh para ulama, atau kaum terpelajar Islam, yang luar biasa jumlahnya. Keadaan yang kondusif seperti itu telah berhasil menampilkan beberapa filosof muslim terkemuka, seperti al-Kindī (801-873 M), al-Farabī (870-950 M), al-Rāzī (864- 930 M atau 251-313 H), Ibn Tufail (1105-1185 M), Ibn Bajjah (1085-1138 M), dan sejumlah pakar pada bidangknya masing-masing, seperti Ibn Rushd (1126- 1198 M), Ibn al-Haytham (965-1040 M atau 354-430 H), dan Jabir ibn Hayyan (721-815 M) serta pakar etika muslim, Ibn Maskawaih (932-1030 M atau 330 - 421 H). Sebenarnya banyak sekali sarjana-sarjana muslim yang tampil dalam panggung sejarah. Dalam kitab Uyūn al-Anbā’ fi Ṭabaqat al-Aṭibba’ karangan Ibn Abi Ushaybi’ah, seorang ahli kedokteran abad ketiga belas, dimuat informasi dan biografi lebih dari tiga ratus lima puluh ilmuwan muslim. Ada ahli kedokteran, ahli kimia, geometri, geologi, geografi, matematika, astronomi dan sebagainya. Padahal yang dikenal masih segelintir saja. Hanya sayangnya, karena sistem pendidikan kita masih bercermin dan berkiblat ke Barat, sedangkan Barat menyembunyikan jasa-jasa Islam dalam arena ilmu pengetahuan, maka public pada dasarnya tidak mengenal tokoh-tokoh Islam yang sebenarnya sangat besar dan terkenal. Padahal perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di Barat merupakan imbas dan terpengaruh oleh kemajuan yang terjadi di dunia Islam. Beberapa nama ilmuan dan juga penemuannya

Ø  Ibn al-Haytham dilahirkan di Basrah pada tahun 354 H bertepatan dengan 965 M. Ia memulai pendidikan awalnya di Basrah. Setelah itu beliau mengabdi menjadi pegawai pemerintah di daerah kelahirannya. Setelah beberapa lama berbakti kepada pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau melanjutkan pendidikan dan mencurahkan perhatian pada penulisan. Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di sana beliau mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang tambahan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas al-Azhar. Usaha itu membuahkan hasil, beliau menjadi seorang yang amat mahir dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan falsafah.

Tulisannya mengenai mata, menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang pengembangan sains di Barat. Ibn al-Haytham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger Bacon, dan Kepler, pencipta mikroskop serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya. Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, antara lain Light on Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan banyak lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana. Beberapa percobaan dilakukan oleh Ibn al-Haytham, di antaranya percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia dan prinsipnya tetap diadopsi oleh ilmuwan-ilmuwan setelahnya. Demikian pula dengan prinsip padu udara yang ternyata lebih menakjubkan, Ibn al-Haytham telah menemukan dan memperkenalkannya jauh sebelum seorang ilmuwan yang bernama Tricella yang mengetahui masalah itu 500 tahun kemudian. Ibn al-Haytham juga disinyalir telah menyampaikan keberadaan gaya tarik bumi atau gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibn al-Haytham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilhan kepada ilmuwan Barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudian disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa kini. Ibn al-Haytham meninggal di Kairo, Mesir, sekitar tahun 1040 M. Karena pengamatannya yang mendalam pada bidang optika, konsep-konsepnya menjadi dasar ilmu optika. Selain itu, dia mengantarkan optika pada kemajuan pesat masa kini. Dengan demikian, Ibn al-Haytham mendapat julukan sebagai “Bapak Optika Modern.”

Ø  Jabir ibn Hayyan, ar-Razi dan Izz al-Din al-Jaldaki

Tokoh-tokoh yang memberi karakteristik kimia Islam adalah Jabir ibn Hayyan, ar-Razi dan Izz al-Din al-Jaldaki. G. Le Bon menyebutkan bahwa banyak bahan kimia yang sebelum Geber (Jabir) tidak dikenal, berkat jasanya menjadi dikenal. Beberapa zat yang ditemukan oleh ahli kimia muslim yang sampai saat ini masih terus digunakan dan bahkan telah dikembangakan menjadi senyawa penting antara lain: Kimia Islam sebagai Embrio Ilmu Kimia Modern, Asam Sulfat (H2SO4) , Asam Nitrat (HNO3), Aqua Regia, Alkohol

Ø  Ali bin Isa

Ali adalah ilmuwan paling terkemuka di antara pakar spesialis mata di zamannya.  Dilahirkan di Baghdad, Irak, Ali menulis kitab Tadzkiratul Kahhaliin dan  mengembangkan ilmu kedokteran mata hingga menjadi rujukan ilmuwan Muslim  lainnya. Kitab Tadzkiratul diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Hirschberg dan Lippert pada tahun 1904 dan ke dalam bahasa Inggris oleh Casey Wood pada tahun 1936.  Kitab karya Ali memang merupakan kitab ilmu kedokteran mata yang paling banyak dikutip oleh para ilmuwan lain. Kitab Tadzkiratul pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan kemudian ke dalam bahasa Latin dan dicetak di Venesia pada tahun 1497. Para ilmuwan yang banyak merujuk karya Ali adalah Ammar bin Ali Al-Mosuli dan Abul Hasan Ahmed bin Muhammad At-Tabari yang menulis Kitabul Mualaja-ul Buqratiyya.

Ø  Ammar bin Ali Al-Mosuli

Lahir di Mosul, Irak, sekitar tahun 1010. Ammar menulis Kitabul Muntakhab fi Ilajul Ayn dan banyak melakukan percobaan di Mesir. Buku Ammar banyak mengulas anatomi, ilmu penyakit, enam riwayat penyakit pasien untuk operasi katarak, dan kasus-kasus yang berhubungan dengan radang urat syaraf yang berhubungan dengan mata.  Hirschberg mengungkapkan bahwa Ammar adalah ahli bedah mata paling cerdasdalam literatur Arab. Dalam kitabnya Ammar mengulas sekitar 48 jenis penyakit mata. Naskah kitabnya pertama kali ditemukan di Escorial Library, sebuah perpustakaan di Madrid, Spanyol. Meskipun lebih pendek daripada kitab Tadzikiratul karya Ali bin Isa, kitab karya Ammar berisi hasil-hasil pengamatan asli. Sampai abad ke-20, karya Ammar hanya terdapat dalam bahasa Arab dan sebuah terjemahan dalam bahasa Ibrani oleh Nathan Jew pada abad ke-13. Ammar adalah penemu metode operasi katarak dengan metode pengisapan menggunakan sebuah jarum cekung yang disisipkan melalui limbus, tempat bertemunya kornea dan selaput mata. Hingga hari ini, metode temuan Ammar ini masih dipakai.

Ø  Zarrindast Tangan Emas

Abu Ruh Muhammad bin Mansur Abdullah, yang lebih dikenal dengan nama Al-Jurjani, seorang ahli bedah dari Persia kelahiran tahun 1088, menulis kitab Nurul Ayyun. Zarrindast menulis karya-karyanya sepanjang pemerintahan Sultan Malikshah yang terdiri dari 10 bab.  Di bab ketujuh dia menguraikan sekitar 30 jenis penyakit mata yang mencakup 3 jenis operasi katarak. Ia juga mendalami anatomi dan ilmu faal mata. Sebuah bab dalam kitabnya membahas penyakit mata seperti katarak, trakhom, skeral, dan korneal.

Ø  Al-Ghafiqi

Muhammad ibn Qassoum ibn Aslam Al-Ghafiqi (wafat tahun 1165) berasal dari Spanyol. Ia menulis kitab Al-Murshid fil Kuhl. Al-Ghafiqi banyak merujuk kepada karya Ammar bin Ali Al-Mosuli tetapi lebih menekankan penelitian pada jaringan otak yang berhubungan dengan mata. Masyarakat Cordoba sangat menghormati Al-Ghafiqi. Hingga kini nama Al-Ghafiqi terukir di rumah sakit di Cordoba, yang dipakai sebagai cara untuk mengenang jasa-jasa ilmuwan tersebut.

Ø  Ibnu Haitam

Dilahirkan pada tahun 965, Ibnu Haitam adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa semua penglihatan mungkin terjadi karena sinar refraksi cahaya. Temuan-temuan Ibnu Haitam dikembangkan dan disebarluaskan oleh ilmuwan Persia, Kamaluddin (wafat tahun 1320) yang banyak mengamati alur dari sinar cahaya dibagian dalam kaca dalam rangka menguji pembiasan dari cahaya matahari saathujan menetes.  Kamaluddinlah orang yang pertama kali menjelaskan asal-usul gejala primer dan sekunder pelangi. Dikutip dari Majala Annida 

Ø  Ibnu Sina

Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga mengupas tentang farmakologi dan farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang dari 700 cara pembuatan obat dengan kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat-obatan yang sederhana.Orang mengatakan bahwa pada umur 10 tahun dia sudah hafal Al Quran dan pada umur 18 tahun menguasai semua ilmu yang ada pada waktu itu. Ia adalah seorang ahli kedokteran yang bukunya Qanun Fi At Thibb selama 5 abad menjadi buku pegangan di universitas-universitas Eropa. Namun ia memiliki karya-karya ilmiah di bidang logika, matematika, astronomi, fisika dan mineralogi. Ia juga menulis tentang ekonomi dan politik.

Ø  Al-Zahrawi

Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmakologi serta farmasi. Dia adalah perintis pembuatan obat dengan cara sublimasi dan distilasi.Selama separuh abad mendedikasikan diri nya untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam Kitab Al-Tasrif, ‘Bapak Ilmu Bedah’ itu memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di an tara ratusan koleksi alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah sebelumnya.  Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menciptakan atau menemukan 26 peralatan bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-Zahrawi adalah catgut. Alat yang d gu nakan Al-Zahrawi untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih digunakan ilmu bedah modern. Selain itu, juga menemukan forceps untuk mengangkat janin yang meninggal. Alat itu digambarkan dalam Kitab Al-Tasrif.  Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggenaan ligature 9benang pengikat luka) untuk mengontrol pendarahaan arteri. Jarum bedah ternyata juga ditemukan dan dipapar kan secara jelas oleh Al-Zahrawi dalam kitabnya yang paling fenomenal itu. Selain itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan sedere albedah lain hasil penemuannya dalam Kitab Al-Tasrif.  Peralatan penting untuk bedah yang ditemukan Al-Zahrawi itu antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang digunakan untuk memeriksi dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan serta alat pemeriksa telinga. Kontribusi Al- Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya bedah hingga kini tetap dikenang dunia. 

2.6 Sikap dalam Menghadapi Perkembangan IPTEK dalam Prespektif Islam

            PerkembanganIPTEK memang seperti tidak ada akhir. IPTEK/ilmu pengetahuan dan teknologi adalah perkembangan yang menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memuaskan keingintahuan manusia atau bisa juga untuk memudahkan hidup manusia itu sendiri. Perkembangan ini sebenarnya sudah sejak dulu, walau tidak secepat dan semarak sekarang namun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sudah ada dari zaman dulu. Seperti pada abat VII sampai XII, islam di sana menjadi pusat perkembangan IPTEK pada zaman itu. Terlihat dari banyak tulisan-tulisan terkenal dalam banyak bidang seperti astronomi,kedokteran dan lain-lain.

            Agama islam tidak pernah mengekang umatnya untuk berkembang modern, dan sangat mendukung muatnya menuju kemajuan dan melakukan experimen untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bisa di lihat di QS. Al Imran 190-191 yang artinya sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-si. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ayat di atas menjelaskan bahwa kita haris mencari tau kebenaran agar mendapat kemudahan hidup di dunia maupun di akhirat.

            Jadi, pandangan islam terhadap perkembangan sangat lah positif, malah menghimbau hambanya untuk mencari tau kebenaran-kebenaran dan misteri di alam semesta ini. Sebagai orang islam kita seharusnya selelu mengikutkan islam di berbagai perkembangan zaman, maksud nya adalah dengan pedoman kita yaitu alquran dan hadits perkembangan IPTEK ini harus kita hadapi dengan pedoman tersebut, karena jika tidak, perkembangan-perkembangan itu menjadi dosa bukan pahala.

2.7Standar Pemanfaatan IPTEK dalam Syariah Islam

Cara islam menyaring perkembangan IPTEK adalah dengan memahami bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan IPTEK. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan IPTEK, bagaimana pun juga bentuknya. IPTEK yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan IPTEK yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan IPTEK) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara lain firman Allah:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs. an-Nisaa` [4]: 65). Firman Allah yang lainnya :

ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ
Artinya : Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya…[i/]” (Qs. al-A’raaf [7]:3).

Sabda Rasulullah Saw:

“Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak ada perintah kami atasnya, maka perbuatan itu tertolak.” [HR. Muslim].

Kontras dengan ini, adalah apa yang ada di Barat sekarang dan juga negeri-negeri muslim yang bertaqlid dan mengikuti Barat secara membabi buta. Selama sesuatu itu bermanfaat, yakni dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan absah untuk dilaksanakan. Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama. Keberadaan standar manfaat itulah yang dapat menjelaskan, mengapa orang Barat mengaplikasikan IPTEK secara tidak bermoral, tidak berperikemanusiaan, dan bertentangan dengan nilai agama. Misalnya menggunakan bom atom untuk membunuh ratusan ribu manusia tak berdosa, memanfaatkan bayi tabung tanpa melihat moralitas (misalnya meletakkan embrio pada ibu pengganti), mengkloning manusia (berarti manusia bereproduksi secara a-seksual, bukan seksual), mengekploitasi alam secara serakah walaupun menimbulkan pencemaran yang berbahaya, dan seterusnya.

Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang salah itu dikoreksi dan diganti dengan standar yang benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik segala ilmu yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana yang secara hakiki bermanfaat bagi manusia, dan mana yang secara hakiki berbahaya bagi manusia. Standar itu adalah segala perintah dan larangan Allah Swt. yang bentuknya secara praktis dan konkret adalah syariah Islam.

2.8 Kontribusi Tokoh Islam dalam Perkembangan Riset dan IPTEK di Bidang Kesehatan

Konstribusi peradaban Islam dalam dunia kesehatan sungguh sangat ternilai. Tokoh-tokoh Islam pada masa kejayaan Islam berperan penting dalam ilmu kedokteran dan farmasi tergambar dalam kitab-kitab yang mereka hasilkan. Di era keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet pemikir dan dokter terkemuka yang telah meletakkan dasar-dasar ilmu kedokteran modern. Dunia Islam juga tercatat sebagai peradaban pertama yang mempunyai rumah sakit dan dikelolaoleh tokoh-tokohprofessional serta meninggalkan banyak karya yang menjadi literature keilmuan dunia.

 Penemuan Islam Dalam Bidang Medis

1.     Urologi, Bakteriologi, Anesthesia, Surgery, Ophthamology, Psikoterapi

Salah satu penemuan Islam yang juga diungkapkan oleh karya-karya barat dalam bidang medis adalah Urologi. Urologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus mengenai tentang penyakit ginjal dan saluran kemih serta alat reproduksi. Mengenai cabang ilmu ini ditulis dalam Kitab Prof.Rabie E Abdel Halim, bertajuk Paediatric Urologi 1000 Years Ago. Dikitab ini disebutkan keberhasilan dunia kedokteran muslim pada seratus tahun seribu tahun silam dalam bidang Urologi. Dalam ilmu Urologi dikaji oleh empat dokter Islam yaitu al-Razi,Ibnul al-Jazzar,al-Zahrawi dan Ibnu Sina. Dalam Urologi ini, mereka membahas dan menganalisis penyakit ginjal dan yang lainnya. Mereka berhasil mengembangkan warisan-warisan ilmu medis Yunani dan menciptakan penemuan baru. Cabang-cabang ilmu kedokteran yang tidak bisa dijelaskan smuanya dari ilmuan Islam, di antaranya Anesthesia, Surgery, Ophthamology, Psikoterapi, Bakteriologi, Ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Dokter Muslim yang banyak memmberi perhatian pada bidang ini adalah Al-Razi serta Ibnu Sina. Anesthesia, suatu tindakan menhilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ibnu Sina tokoh yang memulai mengulirkan ide menggunakan anesthesia oral. Ia mengakui opium sebagai peredam rasa sakit yang sangat manjur. Surgery , bedah atau pembedahan adalah spesialisasi dalam kedokteran yang mengobati penyakit atau luka dengan oprasi manual dan instruman. Dokter Islam yang berperang dalam bedah adalah Al-Razi dan Abul Q!asim Khalaf Ibnu Abbas Al-Zahrawi, Ophthamologi cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit dan bedah syaraf mata, otak serta pendengaran. Dokter Muslim yang banyak memberi kontribusi pada Ophtamology adalah Ibnu Al-Haytham (965-1039 M)

2. Aneka Metode terapi dalam Medis Islam yaitu Kometerapi, Krometerapi, Hirudoterapi.

Kometerapi adalah metode perawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk membunuh sel penyakit kanker. Perawatan ini berguna untuk menghambat kerja sel. Dalam penggunaan modern, istilah ini merujuk kepada obat antineplastik yang digunakan untuk melawan kanker. Kometrapi pertama kali dikenal oleh dokter legendaries muslim, Al-Razi. Al-Razi merupakan dokter pertama yang mempergunakan zat-zat kimia dan obat-obatan dalam penyembuhan. Zat-zat ini meliputi belerang, tembaga, merkuri, garam arsenic, sal ammoniak, gold scoria, ter, aspal dan alcohol.

Hirudoterapi merupakan terapi penyembuhan penyakit dengan menggunakan pacet/lintah sebagai obat untuk tujuan pengobatan. Metode terapi ini juga diperkenalkan oleh Ibnu Sina dalam karya yang sama. Tetapi dalam kemajuannya, pengobatan dengan lintah ini diperkenalkan lagi oleh Abdel-Latief pada abad ke-12 M. Berdasarkan terapi ini, yang kurang lebih penulis menyatakan bahwa lintah dapat digunakan untuk membersihkan jaringan penyakit setelah operasi pembedahan.

Penemuan Islam di Bidang Farmasi

            Ilmuwan Muslim yang memberi sumbangan besar terhadap perkembangan farmasi Islam diuraikan sebagai berikut.

a.      Tokoh Farmasi Islam pada Fase Pertama

Tokoh farmasi Islam pada fase pertama adalah Jabir Ibnu Hayyan (721-815 M). Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi. Jabir Ibnu Hayyan dalam pengembaraan intelektualnya berhasil mengklasifikasi berbagai ragam benda yang tersusun atas unsur-unsur kimia. Dia membagi ke dalam tiga bagian, yakni: tubuh, nyawa, dan akal. Dalam kaitannya dengan unsur-unsur kimia, maka emas (Au) dan perak (Ag) termasuk bagian tubuh, Sulfur (S) dan arsenic (As) termasuk bagian nyawa. Sedangkan merkuri (Hg) atau air raksa dan sal amoniak (batu bara dan sari minyak) tergolong bagian akal.

Selain itu, “Bapak Kimia Modern” ini juga tercatat sebagai penemu sederet proses kimia, seperti penyulingan/distilasi, kritalisasi, kalnasi, dan sublimasi. Sang ilmuwan yang dikenal di Barat dengan sebutan Geber ini pun tercatat berhasil menciptakan instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Selain itu, ia pun mampu menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Berkat jasanya pula, teori oksidasi-reduksi yang begitu terkenal dalam ilmu kimia terungkap. Senyawa atau zat penting seperti asam klorida, asam nitrat, asasitrat, dan asam asetat lahir dari hasil penelitian dan pemikiran Jabir. Ia pun sukses melakukan distilasi alkohol.

b. Tokoh Farmasi Islam pada Fase Kedua

1) Yuhanna Ibnu Masawayh

Nama lengkapnya Abu Zakariyya Yuhanna Ibnu Masawayh, populer dengan julukan Ibnu Masawayh, namun orang Barat memanggilnya Mesue. Beliau adalah seorang dokter yang termasyhur pada abad ke-9 Masehi yang telah berperan besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan pada masanya dengan upaya penerjemahan karya-karya Yunani.

Ibnu Masawayh berhasil mengumpukan sekitar 30 simplisia, lengkap dengan metode pengamatan dan diagnosis fisik terhadap efek farmakologisnya. Ghaliyyahatau pencampuran aromatik juga telah dipraktikkan dalam terapi aromatik dan proses pembuatan parfum. Berbagai rempah-rempah dijadikan bahan penelitian serta dikembangkan menjadi bahan parfum dan bahan dasar ramuan obat herbal.

2) Al-Kindi

Al-Kindi dengan nama lengkap Yusuf bin Ishaq Al-Kindi, atau sebutan populernya dan terkenal di Barat dengan nama al-Kindus. Dia dilahirkan di Kuffah pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 970 M. Dalam sejarah hidupnya, di samping dikenal sebagai filuf, juga amat masyhur namanya sebagai ilmuwan.

Dalam ilmu farmasi, ia mencoba menetapkan bahwa efektivtas obat-obat campuran tergantung atas tergantung atas hubungan matematis antara bahan-bahan obat itu.  Buku-buku yang ditinggalkan meliputi berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti farmakologi (teori dan cara pengobatan), matematika, geometri, astronomi, illmu hitung, ilmu jiwa, politik, musik, dan sebagainya. Dalam dunia pengobatan al-Kindi menghasilkan karya antara lain:

1. Risalah fi’illat Nafts ad-Daman tentang homoptesisi (batuk darah dari saluran pernapasan).

2. Risalah fi Asyfiyat as-Sumum tentang penawar racun.

3.  Risalah ‘illat al-Judwan wa Asyfitatuhu, tentang penyakit lepra dan pengobatannya.

4. Risalah fi ‘Adhat al-Kalb al-Kalib, tentang rabies.

5.  Risalah fi ‘illat Baharin al-Amradah al-Haddah, tentang sebab igauan dalam penyakit-penyakit akut

3) Sabur Ibnu Sahl

Sabur Ibnu Sahl tanggal lahirnya tidak diketahui dan wafat 869 M. Sabur bin Shal merupakan dokter pertama yang mengenalkan pharmacopedia. Ia menjelaskan beragam jenis obat-obatan untuk menyembuhkan beragam penyakit. Tidak hanya itu, juga tercatat sebagai dokter pertama yang mencetuskan pharmacopedia. Ia telah menjelaskan beragam jenis obat-obatan untuk mengobati penyakit. Kontribusinya dalam bidang farmakologi dan farmasi juga terbilang mata besar. Dia menjelaskan beragam jenis obat-obatan. Sumbangannya untuk pengembangan farma-kologi dan farmasi dituangkannya dalam kitab Al-Aqrabadhin.

4) At-Tabari

Nama lengkap Abu Hasan Ali bin Sahl Rabban At-Tabari lahir pada tahun 838 M dan meninggal pada tahun 870 M. Pengembaraan intelektualnya, At-Tabri di samping menguasai ilmu pengetahuan kedokteran, beliau juga seorang pakar kedokteran, botani, psikologi, astronomi, filsafat, kaligrafi, dan sebagainya. Sumbangan at-Tabari dalam bidang famakologi adalah dengan menulis sejumlah kitab. Dua kitab yang terkenal adalah sebagai berikut.

1. Kitab Paradise of Wisdom (kitab ini membahas tentang pengobatan menggunakan binatang dan organ-organ burung. Dia juga memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya; dan

2. Kitab Firdaus al-Hikmat Al-Tabari yang terkenal di seluruh dunia terdiri atas 7 jilid dan merupakan ensiklopedia kedokteran pertama yang memasukkan beberapa cabang ilmu kedokteran.

5) Ar-Razi

Nama Lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi. Dilahirkan di Provinsi Rayy, dekat Teheran, Iran pada tahun 854 M dan wafat pada tahun 923 M pada kota yang sama. Bidang kedokteran, kimia, dan farmasi dikuasai Ar-Razi dengan sangat baik. Dia tidak hanya pempelajari kedokteran Arab dan Yunani seperti para ilmuwan muslim lainnya, melainkan juga menguasai kedokteran India. Di samping itu, dia sangat berpengalaman dalam bidang kimia sehingga dia memiliki kemampuan khusus dalam bidang kedokteran yang tidak dimiliki oleh para ilmuwan lainnya. Ar-Razi selama hidupnya mengarang buku-buku ilmiah yang jumlahnya tak kurang dari 200 buah, yang diantaranya adalah Kitab Al-Hawi, Kitab Ath-Thib Al-Manshuri (yang menjelaskan tentang anatomi tubuh manusia), Kitab Al-Judari wa Al-Hasbah (Cacar dan Campak), dan masih banyak lagi.

c. Tokoh Farmasi Islam pada Fase Ketiga

1) Al-Zahrawi

Nama lengkap Abu al-Qosim Khalaf Ibnu-Abbas Al-Zahrawi. Ia lahir pada tahun 936 di Kota Al-Zahra, Spanyol dan meninggal pada tahun 1013 M. Di Kota Cordoba dia menimba ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu bedah. Dunia saat ini memberikan penghargaan sebagai “Bapak Ilmu Bedah Modern”. Di kalangan dokter Muslim sendiri dia dikenal sebagai perintis ilmu pengenalan penyakit (diagnoistie) dan cara penyembuhan(the repeutic) penyakit telinga. Dialah yang telah merintis dilakukannya pembedahan telinga untuk mengembalikan fungsi pendengaran, dengan jalan memperhatikan secara saksama anatomi saraf-saraf halus (arteries), pembuluh-pembuluh darah.

2) Ibnu Sina

Nama lengkap Abu Ali Husain bin Abdullah bin Sina atau Ibnu Sina, dikenal di dunia Barat dengan Avicenna dan juga pangeran para dokter. Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 980 M di Afsanah, desa kecil dekat Bukhara (Ibukota Dinasti Samanyyah), sekarang wilayah Uzbekistan dan meninggal pada tahun 1037 M. Beliau adalah ahli bedah, yakni dengan melakukan praktik bedah yang rumit, seperti mengentaskan pembengkakan pada kanker pada periode permulan, membedah kelenjar tenggorokan dan batang tenggorokan, membuang bisul pada pengkristalan paru-paru. Ia juga mengobati penyakit wasir dengan cara mengikat temuannya sampai kepada penyakit saraf di mana Ibnu Sina merupakan perintisnya. Ia mengemukakan rincian cara mengeluarkannya dan kewaspadaan yang harus diperhatikan, dan mengajarkan cara-cara pembedahan dengan melakukan penyuntikan di bawah kulit pasien dengan menggunakan pembiusan untuk mengobati luka.

3) Al-Biruni

Abu Raihan Muhammed Ibnu Ahmad Al-Biruni lahir pada tahun 973 M di Kath, sebuah kota di aliran sungai Oxus, Khwarizm (Uzbekistan) dan meninggal pada tahun 1051 M di Ghazni (Pakistan). Al-Biruni pun tak hanya menguasai beragam ilmu seperti fisika, antropologi, psikologi, kimia, astrologi, sejarah, geografi, geodesi, matematika, farmasi, kedokteran, serta filsafat. Dia juga memberikan kontribusi besar bagi pekembangan ilmu farmasi. Al-Biruni mendefenisikan ilmu farmasi serta menentukan metode dan prinsipnya. Selain itu, ia juga menulis teks terlengkap buku-buku farmakologi yang sangat berharga, yaitu Kitab as-Saydalah fi ath-Thibb (Buku tentang Obat-obatan), dan Kitab Asy-Syahdalah (Ramuan-ramuan)

4) Al-Ghafiqi

Nama lengkap beliau adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Qassoum Ibnu Aslam Al-Ghafiqi. Beliau wafat pada tahun 1965 M. Beliau mengumpulkan dan mengkaji berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang diperolehnya dari wilayah Spanyol dan Afrika.  Ilmuwan muslim ini turut memberi kontribusi dalam pengembangan farmakologi dan farmasi. Sumbangan al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu tentang komposisi, dosis, dan meracik dan menyimpan obat-obatan dituliskan dalam kitab Al-Jami’ Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Buku ini memaparkan tentang pendekatan, metodologi, eksperimen, serta observasi dalam farmakologi dan farmasi

d. Tokoh Farmasi Muslim pada Fase Keempat

 1) Ibnu Zuhr

Nama lengkap Ibnu Zuhr adalah Abu Marwan Abdu al-Malik Ibnu Zuhr. Dia lahir di Seville, Spanyol, pada tahun 1091 M. Dia dikenal sebagai dokter, apoteker, ahli bedah, sarjana Islam, dan seorang guru. Ia menimba ilmu kedokteran di Universitas Cordoba. Ibnu Zuhr mewariskan beberapa kitab kedokteran penting bagi peradaban manusia modern, antara lain  Kitab al-Taysir fi al-Mudawat wa al-Tadbir (Perawatan dan Diet), Kitab al-Aghthiya (Buku mengenai Bahan Makanan), Kitab al- Iqtisad fi Islah al-Anfus wa al-Ajsad (Book of the Middle Course concerning the Reformation of Souls and the Bodies), dan Kitab al-Iktisad fi Islah an-Nufus wa al-Ajsad (Curing souls and bodies).

2) Ibnu Thufayl

Nama lengkap Ibnu Thufayl adalah Abu Bakar Ibnu Abd al-Malik Ibnu Muhammad Ibnu Thufayl. Dalam bahasa Latin Ibnu Thufayl populer dengan sebutan Abubacer. Ia lahir di Granada, Spanyol pada tahun 1112 M dan meninggal di Maroko pada tahun 1186 M. Dia memiliki semangat yang luar biasa dalam menuntut ilmu sehingga mengantarkannya menjadi ilmuwan kedokteran, matematika, astronomi dan filsafat, bahkan menjadipenyair yang sangat terkenal pada masa Dinasti Muwahhidun yang saat itu menguasai Spanyol.

Ibnu Thufayl banyak menulis masalah filsafat, matematika, fisika, kejiwaan, kedokteran. Karya di bidang kedokteran antara lain sebagai berikut.

1.  Kitab Muraja’at wa Manahits (Revisi-revisi dan Pembahasan)

2. Kitab Arjuzah fi at-Thib, sepanjang 7700 bait dalam bentuk manuskrip, dan sekarang masih tersimpan di perpustakaan Jami’al-Qarawiyyin Fes, Maroko.

3) Ibnu Rusyd

Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad bin Rusyd atau dikenal Ibnu Rusyd lahir dan dibesarkan di Cordoba,Spanyol pada tahun 1128 M dan meninggal pada tahun 1198 M. Ibnu Rusyd adalah seorang filsuf ulung, ahli ilmu al-Quran, serta ilmu-ilmu kealaman seperti fisika, kedokteran, biologi, dan astronomi. 52 Ibnu Rusyd dikenal pula sebagai seorang perintis kedokteran umum, serta perintis mengenai ilmu jaringan tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh-pembuluh darah, serta penyakit cacar.

4) Ibnu Al-Baythar

            Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdallah Ibnu Ahmad Ibnu Al-Baythar. Ibnu al-Baythar lahir di Malaga pada tahun 1197 M dan meninggal di Damaskus pada tahun 1248 M. Ibnu Al-Baythar terkenal sebagai dokter hewan, ahli botani dan farmakologi, sarjana ilmu tumbuh-tumbuhan (botani). Ibnu al-Baythar pertama kali menuntut ilmu di Seville, Spanyol, di sana ia mengumpulkan berbagai jenis tumbuhan di kota tersebut sebagai bahan penelitiannya. Ibnu al-Baythar terkenal dengan berbagai mavam penemuan dibidang ramuan obat-obatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 3

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

lmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus hingga dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri, sedangkan riset ialah penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik.

Al-Qur’an telah memberikan prinsip-prinsip, spirit serta kaidah-kaidah dalam mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Dunia kini dan masa depan adalah dunia yang dikuasai oleh sains dan teknologi. Mereka yang memiliki keduanya akan menguasai dunia. Ada beberapa cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang diterangkan dalam al- Qur’an. Selain itu kontribusi lainnya dapat dilihat dari banyaknya ilmuwan-ilmuwan besar muslim yang telah melakukan banyak penelitian sehingga menjadikan penemuannya tersebut dapat kita rasakan hingga sekarang.

3.2    Saran

Sebagai Umat Islam kita harus :

1.     Selalu mencari ilmu pengetahuan yang  berguna bagi umat manusia.

2.     Mengaplikasikan ilmu yang di peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.

3.     Mencetak generasi yang berilmu dan berahlaq.

4.     Menjadikan Al Quran dan Al Sunnah sebagai pegangan hidup karena keduanya merupakan sumber ilmu yang paling utama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, B. 2013. Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains Terhadap Perubahan Islam). Jurnal Dakwah Tabligh 14(1): 127-139.

Ilmi, Z. 2012. Islam Sebagai Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jurnal Komunikasi dan Sosial Keagamaan XV(1): 95-106.

Mardiyanto, IR. H. Daryatmo. 2017. Penguatan Landasan Hukum Untuk Terciptanya Sistem Inovasi Nasional Untuk Daya Saing dan Kemandirian Nasional. Diakses dari http://www.drn.go.id/files/23112017Seminar%20Nasional%20dalam%20Rangka%20Sidang%20Paripurna%20II%20DRN%202017/KEYNOTE_3__Mr__Daryatmo_Mardiyanto_Bahan_Pak_Dar_DRN_ppt-min.pdf, pada 23 November 2017.

Isma`il Raji al-Faruqi, Atlas Budaya Islam: Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang, (Jakarta: Mizan, 1998), 362

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, t.th.), 183-184.

Maryam. (2016). Perkembangan Kedokteran Dalam Islam. Makassar. Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman, 6 (2), 79-90. ( http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/view/1404 diakses pada 23 Maret 2020)

Nugraha, Sri Mardikani & Sudewi, Sri. (2017). Sejarah Farmasi Islam dan Hasil Karya Tokoh-Tokohnya. Jurnal Aqlam: Journal of Islam and Plurality, 2 (1), 57-71. (https://www.researchgate.net/publication/324013098_Sejarah_Farmasi_Islam_dan_Hasil_Karya_Tokoh-Tokohnya diakses pada 23 Maret 2020)

Rosmadiana, Afriyanti. 2015. Ilmu dan Pengetahuan. Diakses dari https://id.scribd.com/doc/263644741/Definisi-Ilmu-Pengetahuan, pada 30 April 2015.

Siti Romlah, “Sains dan Teknologi dalam al-Qur’an: Fenomena Makrokosmos dan Mikrokosmos,” Jurnal Studi Islam: Pancawacana 11, No. 2 (Desember 2016)

Syarach Meirizka, Sang Jenius Optik “The True Scientist” Ibnu Al-Haytham (email version), Scientia Experia Publisher, 2011

Zakky. 2019. Pengertian Ilmu Pengetahuan Menurut Para Ahli dan Secara Umum. Diakses dari https://www.zonareferensi.com/pengertian-ilmu/, pada 31 Oktober 2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH || Amsal dalam Al-Qur’an

MAKALAH SURVEILANS KESEHATAN LINGKUNGAN “ PELAKSANAAN SURVEILANS PENGAWASAN AIR BERSIH DAN LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH PURWOKERTO”

MAKALAH || Manusia, Moralitas, dan Hukum