Wafatnya Rasulullah Saw adalah Hal Biasa

Wafatnya Rasulullah Saw adalah Hal Biasa

 


          Setelah mengetahui bahwa ajalnya semakin mendekat melalui wahyu, Rasulullah Saw menyampaikan perpisahan pada seluruh manusia dalam Haji Wada’ (Haji Perpisahan). Saat itu, kalbu para sahabat bergejolak, gelisah, dan takut kalua-kalau ajal Rasulullah Saw telah dekat. Padahal, apabila datang ketetapan Allah Swt, maka ia tidak bisa diundur. Ketika tersiar kabar wafatnya Rasulullah Saw seluruh sahabat bingung sebab masa-masa genting dan malapetaka akan datang.

          Madinah bergoncang hebat. Kecemasan yang melanda Sebagian besar sahabat yang lebih dulu memeluk Islam tidak terkendali. Di antara mereka ada yang terkunci lisannya dan tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan Umar Ra sampai menghunuskan pedang untuk melarang orang-orang mengucapkan, “Sesungguhnya Rasulullah Saw telah wafat.” Dia menduga bahwa beliau hanya tidak sadarkan diri dan akan segera pulih. Hanya Abu Bakar Ra yang tabah. Dia mendekati jenazah Rasulullah Saw yang telentang di atas pembaringan, lalu menciumnya dan berkata, “Demi ayah dan ibuku, aku tebus engkau, wahai Rasulullah. Alangkah menyenangkan Engkau, baik hidup maupun mati! Kematian yang telah ditentukan Allah Swt atas Engkau telah Engkau Rasakan. Engkau tidak akan pernah terkena kematian lagi setelah itu selamanya. Wahai Rasulullah Saw, ingatlah kami di sisi Tuhanmu.”

          Abu Bakar keluar menemui orang banyak, lalu berpidato di hadapan mereka, “Wahai manusia, barangsiapa menyembah Muhammad, maka sungguh Muhammad telah mati, dan barangsiapa menyembah Allah, maka Allah hidup tidak akan mati.” Abu bakar kemudian membaca ayat, {Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apabila jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, makai a tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.} (QS Ali Imran 3 : 144)

          Ketika Abu Bakar membaca ayat itu, para sahabat sadar dari kekalutan mereka. Seakan-akan mereka belum pernah mendengar ayat itu sebelumnya. Abu Bakar meriwayatkan, “Umar berkata, ‘Demi Allah, tiba-tiba aku mendengar Abu Bakar membaca ayat itu, lalu aku tercengang hingga aku jatuh di tanah. Kedua kakiku tak kuasa menahanku lantas aku pun tersadar bahwa Rasulullah Saw telah tiada.”

(Mustafa As-Siba’I, As-Sirah An-Nabawiyyah; Durus wa ‘ibar: 186-187)

 

ASBABUN NUZUL

Ibnu Munzir berkata, “Ketika para sahabat tercerai-berai dan terpisah dari Rasulullah Saw di Perang Uhud, Umar naik gunung dan mendengar Yahudi berteriak, “Muhammad telah terbunuh!” Umar berkata, “Tidaklah kubiarkan orang berkata Muhammad telah terbunuh, melainkan pasti akan ku penggal lehernya.”

Berselang dari saat itu, Umar melihat Rasulullah Saw dan orang-orang Kembali ke posnya masing-masing. Maka turunlah ayat di atas (QS Ali Imran Ayat 144) yang menegaskan bahwa wafatnya Nabi merupakan hal biasa

(As-Suyuthi, Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul, t.t: 48)

 

NASIHAT & PELAJARAN

1.    Ketika para sahabat tercengang dengan kematian Rasulullah Saw seakan-akan maut tidak akan menghampiri beliau. Padahal, maut adalah akhir dari setiap makhluk hidup. Sikap yang diperlihatkan para sahabat itu tiada lain karena kecintaan mereka pada Rasulullah Saw. Kecintaan yang telah menyatu dengan darah dan urat saraf mereka. Bagaimana tidak, mereka telah mendapatkan hidayah Allah Swt melalui perantaraan beliau. Beliau telah menyelamatkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, mengubah kehidupan mereka, membuka pikiran dan pandangan mereka, serta mengangkat mereka pada derajat kepemimpinan nan agung.

 

2.    Keguncangan akibat kehilangan orang yang dicintai muncul menurut kadar kecintaannya, sebagaimana kita lihat orang yang kehilangan anak atau orang tua, selama berhari-hari ia masih tidak percaya bahwa dirinya telah kehilangan orang yang dicintai. Dari situ, kita bisa pahami sikap para sahabat tersebut. Sebabnya, adakah kecintaan di dunia ini yang menandingi kecintaan para sahabat kepada Rasulullah Saw?

 

(Mustafa As-Siba’I, As-Sirah An-Nabawiyyah; Durus wa ‘ibar: 187-188)

 

KUTIPAN SURAT ALI IMRAH AYAT 144

 

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH || Amsal dalam Al-Qur’an

MAKALAH SURVEILANS KESEHATAN LINGKUNGAN “ PELAKSANAAN SURVEILANS PENGAWASAN AIR BERSIH DAN LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH PURWOKERTO”

MAKALAH || Manusia, Moralitas, dan Hukum