Kekalahan Perang Uhud

 

Kekalahan Perang Uhud

 


          Pada perang Uhud, Nabi Saw berwasiat kepada para sahabat, “Lindungilah barisan belakang, jangan sampai mereka dating menyerang dari arah belakang. Hujani mereka dengan anak panah, karena pasukan berkuda tidak mampu melawan anak panah. Kita akan menang selama kalian tetap berada di pos masing-masing. Ya Allah, sesungguhnya aku menjadikan Engkau sebagai saksi atas mereka.”

          Dalam Riwayat lain disebutkan bahwa beliau bersabda, “Apabila kalian melihat kami mendapat kekalahan, jangan meninggalkan posisi ini sampai aku mengutus seseorang pada kalian. Aoabila kalian melihat kami mengalahkan mereka atau memenangi peperangan dan mereka terbunuh, jangan tinggalkan posisi kalian sampai aku juga mengutus seseorang.”

          Peperangan pun dimulai. Allah memberikan bantuan pada pasukan muslimin atas serangan kaum musyrikin sehingga sejumlah prajurit musuh tewas terbunuh, sedang yang lainnya melarikan diri. Prajurit muslim mengambil harta rampasan perang (Ghanimah) yang ditemukan di perkemahan kaum musyrikin. Para prajurit yang berada di belakang mereka melihat kejadian itu dan berkata, “Apa yang akan kita lakukan? Sesungguhnya Allah telah menolong Rasul-Nya!” Mereka lalu berpikir untuk meninggalkan posisinya agar mendapat bagian Ghanimah. Sang panglima, Abdullah bin Jubair Ra mengingatkan pesan Rasulullah Saw mereka menjawab bahwa peperangan telah usai dan tidak perlu lagi menetap di posisi semula. Abdullah bin Jubair Ra Bersama sepuluh pemanah lainnya enggan meninggalkan posisi mereka.

          Khalid bin Walid, pemimpin pasukan sayap kanan pasukan musyrikin waktu itu, melihat barisan belakang kaum muslimin luput dari perlindungan pasukan pemanah. Khalid Bersama sisa pasukannya memutar, kemudian berbalik menyerang kaum muslim dari arah belakang. Pasukan muslimin tidak menyadari itu dan serentak pula senjata pihak musuh menghujani mereka dari segala penjuru. Pasukan muslim kocar-kacir. Tersebar kabar bahwa Rasulullah Saw telah gugur. Sebagian kaum Muslimin menyelamatkan diri Kembali ke Madinah.

           Namun sayang, pasukan musyrik berhasil mengejar Rasulullah Saw sampai beliau terkena godam hingga terjatuh dan pingsan. Wajah beliau terluka, kedua lututnya koyak, bibir bagian bawahnya berdarah, topi baja yang dikenakannya pecah dan dua serpihannya menancap di pipi beliau. Orang-orang musyrik dalam jumlah banyak berlomba untuk menghabisi Nabi Saw. Akan tetapi, beliau tetap bertahan dengan satu pasukan regu muslim yang masih bersamanya.

(Mustafa As-Siba’I, As-Sirah An-Nabawiyyah; Durus wa ‘ibar: 88-89)


ASBABUN NUZUL

Muhammad bin Kaab Al-Qurdufy berkata, “Ketika Rasulullah Saw Kembali ke Madinah dalam keadaan mengalami kekalahan di Perang Uhud, salah satu sahabatnya berkata, “Bagaimana kita bisa mengalami kekalahan? Bukankah Allah menjanjikan kita kemenangan?” Maka turunlah ayat ini berbunyi, {Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi Janji-Nya kepada kamu..} sampai dengan ayat, {…di antaramu ada orang yang menghendaki dunia..}. Yang dimaksud adalah para pemanah yang tidak menaati Rasulullah Saw pada saat perang Uhud.”

(Al-Wahidi, Asbabu Nuzul Al-Qur’an : 129)


NASIHAT & PELAJARAN

1.    Tindakan yang dilakukan kaum musyrikin yang menyiksa kaum muslimin secara kejam, terutama Hamzah, paman Rasulullah Saw, menunjukkan bahwa musuh-musuh Islam tidak berperikemanusiaan dan tidak berhati Nurani. Karena Tindakan kejam terhadap orang yang dibunuh pada dasarnya tidak semata-mata menyakiti orang yang dibunuh, tapi juga menyakiti kepada yang ditinggalkan. Apa yang dilakukannya menjadi petunjuk akan dendam kesumat yang berkobar dalam hati mereka. Sehingga tampak jelas perbuatan keji itu menyakitkan setiap orang yang berhati Nurani.

2.    Demikianlah perlakuan kaum musyrikin terhadap kaum muslimin dalam Perang Uhud. Seperti itu pula kita melihat kaum Yahudi membantai kaum muslimin di Palestina. Perbuatan kedua kelompok itu bersumber dari mata air yang sama yang keluar dari jiwa yang kotor karena tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Dengan demikian itu merupakan dendam terhadap orang-orang yang beristiqomah dalam kehidupan dunia dengan keimanan yang benar dan membenarkan Allah, Rasul-Nya dan Hari Akhir.

(Mustafa As-Siba’I, As-Sirah An-Nabawiyyah; Durus wa ‘ibar: 125)


KUTIPAN SURAT ALI IMRAN AYAT 152 - 155

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.


(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.


Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.


Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH || Amsal dalam Al-Qur’an

MAKALAH SURVEILANS KESEHATAN LINGKUNGAN “ PELAKSANAAN SURVEILANS PENGAWASAN AIR BERSIH DAN LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH PURWOKERTO”

MAKALAH || Manusia, Moralitas, dan Hukum