MAKALAH || AM - Biaya Kualitas dan Produktivitas
RANGKUMAN KULIAH AKUNTANSI MANAJERIAL
BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN PENGENDALIAN
Mengukur Biaya Kualitas
Biaya kualitas bisa juga diklasifikasikan
sebagai biaya yang dapat diamati atau tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati
(observable quality costs) adalah biaya-biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi
perusahaan. Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden costs) adalah biaya
kesempatan atau oportunitas yang terjadi karena kualitas yang buruk (biaya
oportunitas biasanya tidak disajikan dalam catatan akuntansi). Biaya-biaya
kualitas yang tersembunyi bisa menjadi signifikan sehingga seharusnya
diestimasi. Meskipun mengestimasi biaya kualitas yang tersembunyi sulit
dilakukan, ada tiga metode yang disarankan untuk tujuan tersebut: metode
pengali (multiplier method), metode penelitian pasar (market research method),
dan fungsi kerugian kualitas Taguchi (Taguchi quality loss function).
Metode Pengali (multiplier
method) Metode pengali mengasumsikan total biaya
kegagalan adalah hasil pengalian
dari biaya-biaya kegagalan
yang terukur. Total
biaya kegagalan eksternal = k (Biaya kegagalan eksternal yang terukur) di mana k adalah
efek pengali. Nilai k diperoleh berdasarkan
pengalaman.
Metode Penelitian Pasar Metode penelitian pasar formal digunakan untuk menilai dampak kualitas
yang buruk terhadap penjualan dan pangsa pasar. Survei pelanggan dan wawancara
dengan anggota tim penjualan perusahaan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap
besarnya biaya tersembunyi perusahaan. Hasil penelitian pasar dapat digunakan
untuk memproyeksikan hilangnya laba di masa depan akibat kualitas yang buruk.
Fungsi Kerugian Kualitas
Taguchi Definisi tanpa cacat tradisional mengasumsikan
biaya kualitas yang tersembunyi hanya terjadi atas unit-unit yang menyimpang dari batas spesifikasi atas dan bawah. Fungsi kerugian Taguchi mengasumsikan setiap
penyimpangan dari nilai target suatu karakteristik kualitas dapat menimbulkan
biaya kualitas yang tersembunyi. Selanjutnya, biaya kualitas yang tersembunyi meningkat
secara kuadrat saat nilai aktual
menyimpang dari nilai target.
Fungsi kerugian kualitas Taguchi, dijelaskan dalam persamaan berikut.
L(y) = k(y - T)2
di mana:
k= konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung päda
struktur biaya kegagalan eksternal
perusahaan,
y = nilai aktual dari karakteristik kualitas, T = nilai target dari karakteristik kualitas, L =
kerugian kualitas.
Untuk menggunakan fungsi kerugian Taguchi, nilai
k harus diestimasi, Nilai k dihitung dengan membagi estimasi biaya pada salah
satu batas spesifikasi tertentu dengan deviasi kuadrat dari batas nilai target.
k= dd2
di
mana:
c = kerugian pada batas spesifikasi atas atau bawah d= jarak batas dari nilai target.
Hal ini berarti
kita masih harus
mengestimasi kerugian akibat
deviasi dari nilai target. Salah satu dari dua metode
pertama, metode pengali
atau metode penelitian pasar, dapat digunakan
untuk membantu estimasi ini (penilaian pada satu titik waktu diperlukan.
Jika k diketahui, maka biaya kualitas tersembunyi bisa diestimasi untuk setiap
tingkat penyimpangan dari nilai target.
PELAPORAN
INFORMASI BIAYA KUALITAS
Pencatatan biaya kualitas aktual secara terperinci berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua masukan pandangan penting. Pertama, catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas dalam setiap kategori yang memungkinkan para manajer menilai dampak keuangannya. Kedua, catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan relatif dari setiap kategori.
Laporan
Biaya Kualitas
Pentingnya biaya kualitas terhadap segi keuangan perusahaan dapat dinilai lebih mudah dengan menampilkan biaya-biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan aktual. Mengacu pada prinsip yang berlaku umum, biaya kualitas sebaiknya kurang dari 2,5%. Akan tetapi, pengurangan biaya ini seharusnya melalui perbaikan kualitas. Pengurangan biaya kualitas tanpa upaya peningkatan kualitas merupakan strategi yang dapat mengakibatkan bencana.
Para manajer tentu memiliki tanggung jawab dalam menilai tingkat kualitas optimal dan menetapkan jumlah relatif yang seharusnya dikeluarkan untuk setiap kategori. Ada dua pandangan mengenai biaya kualitas optimal, yaitu pandangan tradisional yang mengacu pada pencapaian tingkat kualitas yang dapat diterima dan pandangan kontemporer yang dikenal sebagai pengendalian kualitas total.
Fungsi Biaya
Kualitas: Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima
Pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun, Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang tidak sesuai. Pada akhirnya, akan dicapai suatu titik di mana kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari biaya kualitas. Hal ini merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan, serta mendefinisikan apa yang dikenal sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable quality level – AQL).
Fungsi Biaya
Kualitas: Pandangan Cacat-Nol
Menurut pandangan ini, biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai dengan spesifikasi dan terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian. Pandangan AQL mengizinkan, bahkan mendukung diproduksinya sejumlah barang cacat tertentu. Model ini digunakan dalam dunia pengendalian kualitas hingga akhir 19170-an ketika model AQL ditantang oleh model cacat nol (zero-defects-model). Pada pertengahan 1080- an model cacat nol lebih disempurnakan dengan model kualitas kokoh (robust quality model) yang menurut pandangan ini, kerugian terjadi karena diproduksinya produk yang menyimpang dari nilai target; semakin jauh penyimpangannya, semakin besar pula nilai kerugiannya. Penyimpangan dari spesifikasi ideal adalah merugikan dan batas toleransi spesifikasi tidak menawarkan manfaat apa pun, bahkan dapat menipu. jadi, model kualitas kokoh memperketat definisi dari unit cacat, menyempurnakan pandangan kita terhadap biaya kualitas, dan mengintensifkan upaya perbaikan kualitas.
Jika pandangan kualitas kokoh benar, maka perusahaan dapat mengapilatisasinya dengan menurunkan jumlah unit cacat (yang sesuai dengan definisi secara kokoh) sambil menekan total biaya kualitas secara simultan.
Sifat Dinamis Biaya Kualitas Ketika perusahaan menambah biaya pencegahan dan penilaian serta menurunkan biaya kegagalan, mereka selanjutnya dapat mengurangi biaya pencegahan dan penilaiannya. Sesuatu yang pada awalnya tampak berbanding terbalik berubah menjadi pengurangan biaya permanen di semua kategori biaya kualitas. Dalam tampilan berikut meskipun menunjukkan fungsi total biaya kualitas konsisten dengan hubungan biaya kualitas yang diuraikan, ada beberapa perbedaan utama. Pertama, biaya pengendalian tidak mengikat tanpa batas ketika mendekati kondisi tanpa cacat. Kedua, biaya pengendalian dapat naik, kemudian turun ketika mendekati kondisi tanpa cacat. Ketiga, biaya kegagalan dapat ditekan menjadi nol.
Strategi untuk menekan biaya kualitas cukup
sederhana: (1) lakukan serangan langsung terhadap biaya kegagalan untuk memaksanya menuju
titik nol, (2) lakukan investasi pada kegiatan
pencegahan yang “tepat”
untuk menghasilkan perbaikan, (3) kurangi biaya penilaian sesuai dengan
hasil yang dicapai, dan (4) lakukan evaluasi secara berkelanjutan dan arahkan
kembali upaya pencegahan untuk mendapatkan perbaikan lebih lanjut.
Strategi ini didasarkan pada premis berikut:
·
Setiap kegagalan selalu ada penyebabnya.
·
Penyebab dapat dicegah.
· Pencegahan selalu lebih murah.
Menurut model tradisional, total biaya kualitas
hanya bisa ditekan
melalui pertukaran (trade-
off) antara biaya
pengendalian dan biaya kegagalan (menambah yang satu ketika mengurangi yang lain).
Manajemen
Berbasis Kegiatan dan Biaya Kualitas Optimal
Manajemen berbasis kegiatan (activity based management – ABM)
mengklasifikasikan berbagai kegiatan sebagai bernilai tambah dan tak bernilai
tambah, serta hanya mempertahankan kegiatan-kegiatan yang memberikan nilai
tambah. Prinsip ini dapat diaplikasikan pada kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan
kualitas. Kegiatan-kegiatan kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya terkait tidak menghasilkan
nilai tambah dan harus dihilangkan. Kegiatan pencegahan yang dilakukan secara efisien dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan bernilai
tambah dan perlu dipertahankan. Meskipun demikian, pada awalnya, kegiatan
pencegahan mungkin tidak dilakukan
secara efisien; pengurangan kegiatan dan pemilihan kegiatan (atau mungkin
bahkan pembagian kegiatan) dapat digunakan untuk mencapai sasaran nilai tambah
yang diinginkan.
Akan berguna bagi perusahaan untuk mendapatkan
gambaran mengenai bagaimana keberhasilan program perbaikan kualitas sejak
diterapkan. Apakah tren multiperiode – perubahan keseluruhan dalam biaya
kualitas – bergerak ke arah yang tepat? Apakah peningkatan kualitas yang
dihasilkan dari waktu ke waktu cukup signifikan? Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diketahui
dengan menggunakan bagan
atau grafik yang menggambarkan perubahan biaya kualitas dari waktu ke
waktu yang disebut laporan tren kualitas multiperiode (multiple- period quality trend report). Dengan menggambarkan biaya
kualitas sebagai persentase dari penjualan, keseluruhan apakah tren program
kualitas dapat dinilai.
|
Biaya Kualitas |
Penjualan Aktual |
Biaya sebagai persentase (%) dari Penjualan |
2004 |
$440.000 |
$2.200.000 |
20,0% |
2005 |
423.000 |
2.350.000 |
18,0 |
2006 |
412.000 |
2.750.000 |
15,0 |
2007 |
392.000 |
2.800.000 |
14,0 |
2008 |
280.000 |
2.800.000 |
10,0 |
Misalkan, tahun 2004 sebagai tahun 0, tahun 2005 sebagai tahun1 , dan seterusnya, grafik trennya diperlihatkan pada pada tampilan berikut. Periode per tahun dinyatakan oleh sumbu horizontal dan persentase dari penjualan dinyatakan oleh sumbu vertical. Pencapaian biaya kualitas 3 persen, yaitu persentase target, dinyatakan dengan garis horizontal pada grafik.
Grafik menunjukkan terdapat tren yang tetap
menurun pada biaya kualitas yang dinyatakan sebagai presentase dari penjualan.
Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa perbaikan masih sangat mungkin untuk
dilakukan dalam jangka panjang.
Pengetahuan tambahan bisa diperoleh dengan membuat tren untuk setiap
kategori kualitas. Anggaplah setiap kategori
dinyatakan sebagai persentase dan penjualan untuk periode waktu
yang sama.
|
Pencegahan |
Penilaian |
Kegagalan Internal |
Kegagalan Eksternal |
2004 |
2,0% |
2,0% |
6,0% |
10,0% |
2005 |
3,0 |
2,4 |
4,0 |
8,6 |
2006 |
3,0 |
3,0 |
3,0 |
6,0 |
2007 |
4,0 |
3,0 |
2,5 |
4,5 |
2008 |
4,1 |
2,4 |
2,0 |
1,5 |
Grafik yang menunjukkan tren untuk setiap
kategori diperlihatkan pada tampilan dibawah. Kita dapat melihat bahwa perusahaan berhasil
mengurangi biaya kegagalan eksternal dan internal. Uang yang digunakan untuk pencegahan lebih banyak (jumlahnya meningkat dua kali lipat).
Biaya penilaian meningkat, kemudian menurun. Perhatikan juga bahwa distribusi
relatif dari biaya telah berubah.
Pada tahun 2004, biaya kegagalan adalah 80% dari total biaya kualitas
(0,16/0,20). Pada tahun 2008, biaya
tersebut turun menjadi 35% dari biaya total (0,35/0,10). Potensi untuk
mengurangi biaya kualitas juga memengaruhi cara pengambilan keputusan. Manfaat
informasi biaya kualitas dalam pengambilan keputusan dan perencanaan tidak
boleh dipandang remeh.
Penggunaan
Informasi Biaya Kualitas
Tujuan utama dari pelaporan biaya kualitas adalah untuk
memperbaiki dan mempermudah perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan manajerial. Sebagai contoh, dalam memutuskan pengimplementasian
program seleks pemasok guna memperbaiki kualitas bahan baku, seorang manajer
memerlukan penilaian terhadap biaya kualitas saat ini menurut bagian dan
kategori, penilaian biaya tambahan yang dibutuhkan berkaitan dengan program
tersebut, dan penilaian terhadap proyeksi penghematan menurut jenis dan
kategori. Selain itu, perlu juga dibuat proyeksi mengenai kapan biaya dan
penghematan tersebut akan terjadi. Setelah dampak-dampak tunai ini diproyeksikan, maka analisis penganggaran modal dapat dilakukan untuk menilai manfaat program yang diusulkan.
Penggunaan informasi biaya kualitas untuk
keputusan-keputusan implementasi program kualitas
dan untuk mengevaluasi efektivitas program tersebut, setelah diimplementasikan,
hanya merupakan salah satu potensi penggunaan dari sistem biaya kualitas.
Penggunaan-penggunaan penting lainnya juga dapat diidentifikasi.
Produktivitas: Pengukuran dan Pengendalian
Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara
efisien. Secara spesifik, produktivitas mengacu pada hubungan antara output dan
input yang digunakan atuk memproduksi output. Kombinasi atau bauran
dari input yang berbeda-beda masanya dapat digunakan untuk memproduksi suatu
tingkat output tertentu. Efisiensi produktif total adalah suatu titik di mana
dua kondisi terpenuhi: (1) pada setiap bauran input untuk memproduksi output
tertentu, tidak satu imput pun yang digunakan lebih dari yang diperlukan untuk
menghasilkan output, dan (2) atas bauran-bauran yang memenuhi kondisi pertama,
dipilih bauran dengan biaya terendah.
Kondisi pertama digerakkan oleh hubungan teknis sehingga
disebut efisiensi teknis (technical efficiency). Dengan melihat berbagai kegiatan
sebagai input, kondisi pertama mensyaratkan penghapusan seluruh kegiatan tak
bernilai tambah dan pelaksanaan kegiatan. bernilai tambah dengan kuantitas
minimal yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah output. Kondisi kedua
digerakkan hubungan relatif dari harga input sehingga disebut efisiensi
trade-off input (input trade-off efficiency). Harga input menentukan proporsi relatif setiap
input yang harus digunakan. Penyimpangan dari proporsi tetap tersebut
menciptakan trade-off input yang tidak efisien.
Pengukuran
Produktivitas Parsial
Pengukuran produktivitas (productivity measuremant) adalah
penilaian kuantitatif atas perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini
adalah menilai apakah efisiensi produktif telah meningkat atau menurun.
Pengukuran produktivitas dapat berupa aktual atau prospektif.
Pengukuran Produktivitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai,
memantau, dan mengendalikan perubahan. Pengukuran prospektif terlihat ke masa
depan, dan berguna sebagai input bagi pengambilan keputusan strategis. Secara
khusus, pengukuran prospektif memungkinkan para manajer untuk membandingkan
manfaat relatif dari berbagai kombinasi input, pemilihan input, dan bauran
input yang memberikan manfaat terbesar. Pengukuran produktivitas dapat
dikembangkan untuk setiap input secara terpisah atau secara bersama-sama.
Pengukuran produktivitas untuk satu input pada suatu waktu disebut pengukuran
produktivitas parsial (partial productivity measurement).
Definisi
Pengukuran Produktivitas Parsial
Produktivitas dari satu input tunggal biasanya diukur
dengan menghitung rasio output terhadap input.
Rasio produktivitas = Output / Input
Karena hanya produktivitas dari satu input yang sedang
diukur, ukuran itu disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan
input diukur dalam kuantitas fisik, maka kita memperoleh ukuran produktivitas
operasional (operatin productivity measure). Jika output dan input dinyatakan
dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran produktivitas keuangan (financial
productivity measure).
Ukuran-Ukuran
Parsial dan Pengukuran Perubahan Efisiensi Produktif
Rasio produktivitas tenaga kerja sebesar tiga mesin per jam
adalah ukuran produktivitas Ladd Lighting pada tahun 2007. Rasio tersebut
menunjukkan sedikit informasi mengenai efisiensi produktif atau apakah produktivitas perusahaan
telah meningkat atau menurun. Namun, laporan mengenai peningkatan atau
penurunan efisiensi produktivitas juga depat dibuat melalui pengukuran
perubahan dalam produktivitas Untuk mengukur perabahan dalam produktivitas,
ukuran produktivitas yaig aktual berjalan dibandingkan dengan ukuran
produktivitas periode sebelumnya. Periode sebelumnya ini disebut periode dasar
(base period) dan menjadi acuan atau standard bagi pengukuran perubahan
efisiensi produktif. Periode sebelumnya bukan periode di mana batch produk
terakhir diproduksi untuk evaluasi strategis, periode dasar yang biasanya
dipilih adalah tahun sebelumnya. Untuk pengendalian operasional, periode dasar
cenderung mendekati periode berjalan seperti batch dapat ditentukan secara bebas.
Misalnya, tahun sebelumnya, minggu sebelumnya, produk terakhir atau minggu
sebelumnya.
Keunggulan
Ukuran Parsial
Unggulan parsial memungkinkan manajer untuk memfokuskan perhatiannya
pada penggunaan input tertentu. Penggunaan ukuran parsial memiliki keunggulan,
yaitu mudah diinterprestasikan oleh semua pihak di dalam perusahaan, sehingga
ukuran tersebut mudah
digunakan untuk menilai kinerja produktivitas dari
karyawan operasional. Tenaga kerja, misalnya, dapat dihubungkan dengan unit yang diproduksi per jam atau unit yang di produksi
per pon (0,5 kilogram) bahan.
Jadi, ukuran operasional parsial menyediakan umpan balik yang dapat
berhubungan dengan dan dipahami oleh karyawan operasional, ukuran-ukuran yang
berkaitan dengan input-input tertentu yang berada dalam kendali mereka. Ini
meningkatkan kemungkinan bahwa ukuran operasional parsial ini bias diterima
oleh personil operasional. Bahkan, untuk pengendalian operasional, standar
kinerja seringkali berjangka sangat pendek. Misalnya, standar kinerja dapat
berupa rasio produktivitas dari batch barang sebelumnya. Dengan menggunakan
standar ini, tren produktivitas untuk tahun berjalan dapat ditelusuri.
Kelemahan Ukuran Parsial
Ukuran parsial, yang digunakan secara terpisah, dapat menyesatkan. Penurunan produktivitas suatu input mungkin diperlukan untuk meningkatkan produktivitas yang lainnya.Trade-off seperti itu di perlukan jika biaya secara keseluruhannya turun, tetapi pengaruh tersebut akan hilang jika digunakan ukuran parsial masing-masing. Misalnya, mengubah proses agar tenaga kerja langsung menggunakan lebih sedikit waktuuntuk merakit sebuah produk mungkin akan meningkatkan sisa bahan baku dan limbah produksi sementara output totalnya tidak berubah. Dalam hal ini, produktivitas tenaga kerja meningkat, tetapi produktivitas penggunaan bahan baku menurun. Jika kenaikan biaya sisa bahan baku dan limbah produksi melebihi penghematan dari pengurangan tenaga kerja, maka produktivitas secara keseluruhan menurun.
Pengukuran
Produktivitas Total
Pengukuran
produktivitas dari seluruh input disebut
pengukuran produktivitas total (total
produktivitas measurement). Dalam istilah praktis, pengukuran produktivitas
total dapat didefinisikan sebagai penghapusan perhatian pada beberapa input yang menunjukkan keberhasilan
perusahaan secara total. Pada setiap kasus, pengukuran produktivitas total mensyaratkan
pengembangan dari pendekatan pengukuran multi faktor. Pendekatan multi faktor
yang umum disarankan dalam literatur produktivitas (tetapi jarang ditemukan di
dalam praktik) adalah menggunakan indeks produktivitas agregat. Indeks agregat
bersifat kompleks, sulit di interpretasi kan, dan belum diterima secara umum.
Dua pendekatan yang telah memperoleh beberapa pengakuan adalah pengukuran profil (profil measurement) dan
pengukuran produktivitas yang berkaitan
dengan laba (profit- linked produktivity measurement).
Pengukuran
Profil Produktivitas
Pembuatan sebuah produk melibatkan beberapa input utama, seperti tenaga kerja,
bahan, modal, dan energi. Pengukuran
profil menyediakan serangkaian atau sebuah factor ukuran operasional
parsial yang berbeda dan terpisah. Profil dapat dibandingkan dari waktu ke
waktu untuk memberikan informasi mengenai perubahan produktivitas. Untuk
mengilustrasi kan pendekatan ini, kita hanya akan menggunakan dua input: tenaga kerja dan bahan.
Pengukuran
Produktivitas yang Berkaitan dengan Laba
Menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba
berjalan merupakan salah satu cara menilai perubahan produktivitas. Laba
berubah dari periode dasar ke periode berjalan. Sebagian perubahan laba
tersebut disebabkan oleh perubahan produktivitas. Pengukuran jumlah perubahan
laba yang diakibatkan oleh perubahan produktivitas disebut pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba.
Dengan menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba periode
berjalan, manajer akan terbantu dalam mengetahui manfaat ekonomis dari
perubahan produktivitas.
Aturan Keterkaitan dengan Laba (Profit-Linkage
Rule): Untuk periode berjalan, hitunglah biaya input yang seharusnya digunakan dalam keadaan tanpa adanya
perubahan produktivitas dan bandingkan daya tersebut dengan biaya input aktual yang digunakan. Selisih
biayanya adalah sejumlah perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan
produktivitas.
Misalkan, PQ adalah jumlah info tanpa perubahan produktivitas. Untuk
mengetahui PQ pada suatu input tertentu, bagilah output periode
berjalan dengan rasio produktivitas input
periode dasar.
PQ = Output
periode berjalan/Rasio produktivitas periode dasar.
Komponen
Pemulihan Harga
Selisih antara perubahan laba total dan perubahan produktivitas terkait dengan laba disebut komponen pemulihan harga (price – recovery component). Komponen ini adalah perubahan pendapatan dikurangi perubahan biaya input dengan asumsi tidak ada perubahan produktivitas. Oleh karena itu, kumpulan pemulihan harga mengukur kemampuan perubahan pendapatan untuk menutupi perubahan biaya input dengan asumsi tidak ada perubahan produktivitas. Untuk menghitung komponen pemulihan harga, pertama, kita perlu menghitung perubahan laba setiap periode.
Kenaikan pendapatan tidak akan cukup untuk menutupi kenaikan biaya input. Penurunan produktivitas hanya
akan memperburuk masalah pemulihan harga. Meskipun demikian, perhatikan bahwa
kenaikan produktivitas dapat digunakan untuk mengimbangi kerugian pemulihan
harga.
Kualitas
dan Produktivitas
Sebagai contoh, jika pengerjaan ulang berkurang karena
menurunnya unit produk cacat, maka lebih sedikit tenaga kerja dan bahan yang
digunakan untuk menghasilkan output yang
sama. Penurunan jumlah unit cacat yang memperbaiki kualitas, sedangkan
pengurangan jumlah input yang
digunakan meningkatkan produktivitas.
Karena sebagian besar peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber
daya yang digunakan untuk memproduksi dan menjual output perusahaan, peningkatan kualitas akan meningkatkan
produktivitas. Jadi, peningkatan kualitas secara umum akan tercermin pada
ukuran-ukuran produktivitas. Namun, ada juga cara-cara lain untuk meningkatkan
produktivitas. Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit
atau tanpa cacat, tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.
Insentif
Pembagian Keuntungan
Sebagai contoh, suatu perusahaan memiliki target untuk mengurangi
jumlah unit cacat hingga 10 persen selama kuartal berikutnya pada pabrik
tertentu. Jika tujuan tersebut tercapai, perusahaan memperkirakan akan terjadi
penghematan sebesar $1.000.000 (dengan menghindari hal-hal seperti pengerjaan
ulang dan perbaikan di masa garansi). Pembagian keuntungan memberikan insentif
dengan menawarkan bonus kepada pegawai sesuai dengan persentase penghematan
biaya, misalnya 20 persen.
Komentar
Posting Komentar