Keteguhan Hati Nabi Muhammad Saw Dalam Berdakwah
Keteguhan
Hati Nabi Muhammad Saw Dalam Berdakwah
Dakwah
yang dilakukan Nabi Saw secara terang-terangan ditentang dan ditolak oleh kaum
Quraisy dengan alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah
mereka warisi dari nenek moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi
kehidupan mereka.
Pada
saat itulah Rasulullah Saw mengingatkan mereka tentang perlunya membebaskan
akal dan pikiran mereka dari belenggu taqlid. Selanjutnya dijelaskan oleh Nabi
Saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat memberi manfaat atau
menolak bahaya sama sekali. Tradisi nenek moyang mereka dalam menyembah
tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan alasan kuat untuk diikuti, karena itu
adalah taqlid buta. Firman Allah Swt di ayat lain menggambarkan bagaimana
jawaban mereka dan kerasnya penolakan mereka, {Dan apabila dikatakan kepada
mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.” Mereka
menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami
(mengerjakannya).” Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat
petunjuk?} (QS Al-Maidah 5 : 104)
Ketika
Nabi Saw mencela tuhan-tuhan mereka, membodohkan mimpi-mimpi mereka, dan
mengecam Tindakan taqlid buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah
berhala, mereka menentangnya dan sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya
Abu Thalib yang membelanya.
(Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buti, Fiqhus Sirati 1990: 72-73)
Kutipan Surat Al-Baqarah ayat 6-7
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Menurut Ibnu Abbas kedua ayat ini
diturunkan berkenaan dengan para pendeta Yahudi di sekitar Madinah yang menolak
dan mengingkari ciri-ciri kenabian (nubuwwat) Nabi Muhammad Saw. Penafsiran ini
menurut At-Tabari adalah penafsiran paling tepat dibandingkan penafsiran yang
lain karena kata kufr sendiri secara etimologis berarti menutupi. Kata ini
cocok dialamatkan kepada para pendeta Yahudi di Madinah karena mereka telah
menyembunyikan dan menutup-nutupi ciri-ciri kenabian (nubuwwat) Nabi Muhammad
Saw, padahal mereka sangat mengenali nubuwwat itu seperti mengenali anak-anak
mereka sendiri.
(At-Tabari, Jami’u’l Bayani ‘An
Ta’wili Ayi’l Qurani, Juz 1, 1420H /2000M : 258-272)
---------------------------------------------------------------------------------------------
NASIHAT & PELAJARAN
1. Ketika Rasulullah
Saw menyampaikan dakwah Islam secara terang-terangan kepada bangsa Quraisy dan
bangsa Arab pada umumnya, hal itu mengejutkan mereka karena dianggap sesuatu
yang tidak pernah mereka pikirkan atau asing sama sekali. Ini jelas tampak dari
reaksi Abu Lahab terhadapnya dan kesepakatan tokoh-tokoh Quraisy untuk memusuhi
dan menentangnya.
2. Sebenarnya
bisa saja Allah tidak memerintahkan Rasul-Nya untuk memberi peringatan kepada
keluarga dan kerabat dekatnya secara khusus karena sudah cukup dengan keumuman
perintah-Nya yang lain, yaitu firman-Nya {Maka sampaikanlah (Muhammad) secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik.} (QS Al-Hijr 15 : 94). Akan tetapi, perintah memberi
peringatan kepada semua anggota keluarga dan kerabat yang disebutkan secara
khusus ini mempunyai hikmah tersendiri, yakni mengisyaratkan beberapa tingkatan
tanggungjawab yang berkaitan dengan kaum muslimin pada umumnya.
(Muhammad
Sa’id Ramadan Al-Buti, Fiqhus Sirati 1990: 73-74)
Komentar
Posting Komentar